Sampai saat ini sampah masih menjadi permasalahan yang belum terpecahkan khususnya bagi kota-kota besar di wilayah pesisir Indonesia seperti Jakarta, Batam, Semarang, Surabaya, dan Denpasar. Permasalahan ini timbul terutama karena besarnya volume sampah, keterbatasan lahan untuk pembuangan akhir yang diiringi dengan pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi, dan ditunjang pula oleh adanya teknis pengelolaan sampah yang masih konvensional. Sampah yang timbul bukan hanya dapat kita jumpai di pemukiman namun juga banyak kita lihat di daerah kawasan pantai yang nota bene merupakan kawasan yang sering dikunjungi oleh wisatawan.
Teluk Benoa merupakan tempat wisata di Bali yang terkenal akan pantainya. Tempat ini juga merupakan surganya wahana air seperti banana boat, scuba diving, parasailing, rolling donut, seawalker, flying fish, snorkeling dll. Selain itu, terdapat pelayaran menuju Pulau Penyu tempat hidup dan penangkaran kura-kura, ular, jalak bali, dan sebagainya sehingga tidak salah kalau Benoa dikenal sebagai pusat wisata bahari di Bali.
Sayangnya setiap tahun, pengunjung atau wisatawan di Bali khususnya Teluk Benoa kerap mengeluhkan masalah kebersihan dan tumpukan sampah, terutama saat musim liburan. Hal tersebut mempengaruhi penilaian wisatawan domestik maupun mancanegara terhadap citra kedua tempat tersebut. Selain disebabkan aktifitas pengunjung dan penjual di sepanjang pantai, sampah-sampah juga diakibatkan hembusan angin barat setiap tahunnya yang membawa sampah dari muara-muara sungai terdekat ke pantai.
Jumlah sampah yang terkumpul selama kegiatanCoastal Clean Up sebanyak 88 kg di daratan yang terdiri dari sampah plastik dan bahan yang sulit terurai. Sedangkan sampah yang berasal dari dalam laut terkumpul sebanyak 92 kg yang terdiri dari sampah plastik dan ada beberapa besi bekas.Diharapkan kegiatan Coastal Clean Up ini dapat dilaksanakan di daerah lain dengan dukungan dan kerjasama dari tokoh masyarakat, Pemerintah Daerah, serta Pemerintah Pusat.