News Photo

MEMASYARAKATKAN GAYA HIDUP SEHAT RENDAH EMISI DAN GERAKAN INDONESIA HIJAU MELALUI GOWES MENANAM

  • Sabtu, 17 Sepember 2022
Sabtu, 17 September 2022, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menyelenggarakan giat Gowes Menanam Jelajah Gunung Kidul bersama dengan komunitas Bike to Work dan Gowes Jelajah Bumi di Yogyakarta. Giat Gowes diselenggarakan untuk mengajak dan mengkampanyekan kepada masyarakat untuk  bergabung dalam kegiatan sehat yang rendah emisi dan hemat energi sekaligus program penenaman yang berkorelasi pada tujuan akhir yaitu menciptakan udara bersih untuk langit biru serta Indonesia hijau.

Giat Gowes Menanam dihadiri langsung oleh Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Alue Dohong yang didampingi oleh Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Sigit Reliantoro serta Direktur Pengendalian Pencemaran Udara dan Direktur Pemulihan Kerusakan Lahan. Giat Gowes Menanam memiliki dua titik awal, pertama di Kantor BPDAS Serayu Opak Progo yang menempuh jarak 35 km dengan jalur Piyungan, perbatasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunung Kidul, Patuk, dan Desa Gari yang diikuti oleh 120 peserta. Titik awal kedua terdapat di Taman Kota Wonosari yang menempuh jarak 13 km dengan jalur Taman Kota Wonosari dan Desa Gari yang diikuti 200 pesepeda. Kedua titik awal tersebut akan berakhir di Bumi Watu Obong terletak di Tegal Rejo, Gari, Kec. Wonosari Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta.

“Tujuan utama kegiatan ini adalah memasyaratkan kegiatan bersepeda yang tidak hanya menjadikan diri kita sehat dan bahagia. Dengan gowes, kita akan mengurangi emisi sehingga bumi kita menjadi lebih baik dan kualitas udara lebih bersih, langit tetap biru. Sekaligus mengkampanyekan Gerakan Indonesia Hijau. Salam Lestari, Salam Langit Biru!”, pesan Wakil Menteri LHK saat melepas pesepeda dari titik awal Kantor BPDAS.
Selama perjalanan, peserta diajak untuk menikmati jalur sepeda yang cukup menantang, khususnya titik awal Kantor BPDAS yang akan merasakan peningkatan ketinggian (elevation gain) setinggi 600 meter saat memasuki daerah perbatasan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Gunung Kidul. Selanjutnya, saat memasuki titik istirahat di Desa Gari, seluruh pesepeda diajak mengunjungi Pasar Ekologis Gari dan disajikan jajanan pasar, serta kuliner khas Desa Gari dan Yogyakarta secara gratis.

Setelah menikmati kuliner, peserta bersepeda kembali menuju titik akhir di Bumi Watu Obong. Lokasi ini adalah bekas pembakaran batu gamping yang ditutup karena pencemaran udara dan pelarangan kegiatan penambangan. Saat ini lokasi Bumi Watu Obong sedang berbenah menjadi lokasi daerah wisata yang dikelola oleh masyarakat melalui Organisasi Pokdarwis. Seluruh pesepada ketika sampai disuguhkan Festival Seni Gari yang menyajikan pertunjukan tradisional dan juga Industri Kecil Menengah (IKM) Unggulan Desa Gari.
Sebagai informasi, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebelumnya pada tahun 2017 telah meresmikan pemulihan lahan bekas tambang di Desa Gari melalui pendekatan pasar ekologis yang telah melahirkan local hero yaitu Lurah Desa Gari dan pelembagaan BUMDes Mardi Gemi yang telah terbukti inovatif dalam melakukan pengelolaan pasar serta terbukti adaptif dalam merespon kondisi pandemi COVID-19, sehingga program pasar tetap efektif dan berdaya.

Kami sangat mengapresiasi dan menguncapkan terima kasih kepada Pak Widodo (Kepala Desa Gari) dan Pak Asep yang telah menginspirasi kami untuk melakukan program pemulihan lahan. Desa Gari melalui program Pasar Ekologis telah berhasil secara baik dan sukses dalam memberdayakan masyarakat dan menggulirkan perekonomian desa dengan omset 3- 4 milyar per tahun, jelas Dirjen PPKL dalam paparan rencana pemulihan Kawasan Bumi Watu Obong.

Di lokasi akhir ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan secara resmi meluncurkan Program Pemulihan Lahan Bumi Watu Obong. Konsep pemulihan Bumi Watu Obong akan menerapkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan sarana bagi pesepeda yang berbasis pertanian regeneratif dan pengelolaan kawasan istirahat pesepeda berbasis ecoeduwisata. Pengerjaan pemulihan akan dialokasikan pada tahun anggaran 2023.

Pemulihan lahan berbasis pertanian regeneratif yang akan diterapkan di Bumi Watu Obong akan mengintegrasikan keberadaan Watu Obong dengan lahan pertanian tadah hujan yang ada disekitarnya. Sedangkan penyedian kawasan istirahat pesepeda berbasis ecoeduwisata dilakukan sebagai monumen pengingat bahwa daerah ini sebelumnya sebagai sumber emisi pembakaran batu gamping dari 25 tungku pembakaran yang kini telah ditutup. Lingkup rancangan area istirahat pesepeda meliputi penyedian jalur pesepeda, perancangan zona emisi rendah, landskap area istirahat yang dilengkapi parkir sepeda, ecoeduwisata, kuliner, produk IKM, dan taman kota.

Pemerintah melalui KLHK, memiliki Program Langit Biru untuk mewujudkan kualitas udara terutama di perkotaan untuk pencapaian target Indeks Kualitas Udara dan Indonesia Hijau yang mendukung capain Indeks Kualitas Tutupan Lahan. Program ini mendukung Indeks Kualitas Lingkungan Hidup secara keseluruhan. Program ini membutuhkan komitmen Pemerintah Daerah. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Bupati Gunungkidul yang telah memberikan komitmennya untuk mewujudkan udara yang bersih dan lahan yang hijau dapat menjadi barisan terdepan untuk mengajak para pimpinan daerah lainnya”, ucap Wakil Menteri LHK dalam acara peresmian rencana pemulihan Bumi Watu Obong.

Perlu diketahui, kegiatan ini merupakan puncak dari rangkaian kegiatan Jelajah Gunung Kidul yang telah dilaksanakan pada tanggal 17 – 23 Agustus 2022 yang menempuh jarak 630 km yang bertitik awal dari Gelora Bung Karno dan berakhir di Kantor Bupati Gunung Kidul. Melalui perjalanan tersebut para pesepeda melakukan interaksi dan edukasi kepada masyarakat serta berdiskusi dengan pemerintah daerah di setiap kabupaten/kota yang dilalui.
 
-o0o-
 
Penulis: Romi Setiawan
Editor: Hanum Sakina