News Photo

Restorasi Kali Sentiong “Solusi Cepat Mengatasi Pencemaran Air Kali Sentiong Dengan Pemasangan Nanobubble”

  • Minggu, 12 Agustus 2018
Jakarta, 11 Agustus 2018. Akhir-akhir ini masyarakat diresahkan oleh kondisi Kali Sentiong di Kemayoran Jakarta Utara yang berbau tidak sedap. Kali sepanjang 700 meter yang berada dekat dengan kawasan Wisma Atlet Kemayoran ini berwarna hitam akibat pencemaran air. Tentu saja mengkhawatirkan mengingat penyelenggaraan Asian Games tinggal menghitung hari, sedangkan kawasan Kali Sentiong dekat dengan tempat tinggal atlet. Kondisi seperti ini pasti akan terlihat dan tercium oleh para atlet yang juga sebagai duta pariwisata masing-masing negara. Hal ini sangat merugikan bangsa Indonesia pada umumnya, serta DKI Jakarta pada khususnya.
 
Sebelumnya, pada tanggal 26 Juli 2018 Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (Ditjen PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), M.R. Karliansyah, telah mengirimkan tim untuk melakukan survei dan sampling kualitas air. Hasil survei menunjukan beberapa fakta di lapangan adalah kondisi sungai berwarna hitam, bau menyengat khas bau sungai yang tidak mengalir lancar. Hasil pengukuran kualitas air khususnya untuk parameter Dissolved Oxygen (DO) di hulu, tengah dan hilir menunjukan bahwa kualitas air di lokasi tersebut jauh dibawah mutu air kelas 4 (mutu air paling bawah) atau sangat buruk sehingga tidak memungkinkan ekosistem akuatik dapat hidup secara normal.
 
Dengan penambahan pemasangan namo bubble ini diharapkan baunya menghilang dan proses penguraian bakteri juga berjalan lancar, sehingga dalam beberapa hari kedepan kalinya sudah jernih, ungkap Karliansyah.
 
Meski tidak tampak sampah di badan air dan pada pinggir kali, namun akibat bakteri tidak dapat terurai, maka menimbulkan bau dan berwarna gelap. Bau Kali Sentiong bersumber dari pembusukan sampah rumah tangga dan limbah usaha skala kecil. Air dengan kadar oksigen terlarut yang rendah oksigen membuat limbah dan sampah organik tidak membusuk sempurna. Sebagian limbah terendap menjadi sedimen lumpur di bawah kolom air. Namun, pada saat ini keadaan sudah mulai membaik. Hal ini karena telah dipasang 2 (dua) alat Nano Bubble dari LIPI sehingga bau yang ditimbulkan mulai berkurang.
 
Menurut Karliansyah, untuk mendapatkan hasil yang optimal, diperlukan minimal 20 unit Plasma Nano Bubble. Satu alat ini berkontribusi dalam penambahan oksigen berukuran nano dengan kapasitas 22 meter kubik per jam. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, paling tidak diperlukan 20 unit, dan sekarang baru terpasang enam unit, ucap Karliansyah. 
 
Pemulihan kualitas air dan ekosistem Kali Sentiong secara jangka panjang adalah mengendalikan pencemaran dari sumber pencemar yang masuk ke Kali Sentiong yang meliputi air limbah dan sampah dari kegiatan rumah tangga dan air limbah kegiatan usaha skala kecil. Solusi jangka panjang tersebut dilakukan dengan membangun dan mengoperasikan IPAL dan pengolahan sampah. Sedangkan solusi jangka pendek yang ditawarkan Ditjen PPKL KLHK adalah melakukan pemulihan kualitas air dan ekosistem di badan air langsung untuk mengurangi bau dan meningkatkan kadar oksigen di Kali Sentiong secara cepat.
 
Untuk itu, Ditjen PPKL KLHK berkontribusi dalam solusi jangka pendek tersebut dengan memasang system Plasma Nano Bubble generator sebanyak 4 (empat) unit di sungai itu. Teknologi Plasma Nano Bubble generator yang dikembangkan oleh Balai Pengembangan Instrumentasi, LIPI adalah alat penghasil gelembung plasma ukuran nano. Gelembung nano berupa ozon dan oksigen diinjeksikan ke kolom air sungai. Tujuannya, ozon bisa mengurai bakteri penyebab bau dan zat organik, membunuh bakteri patogen, menambah kadar oksigen terlarut, dan menghidupkan bakteri aerob.
 
Pemasangan dan pengoperasian Plasma Nano Bubble yang dilakukan Ditjen PPKL, KLHK diharapkan dapat dilaksanakan juga oleh kementerian dan lembaga lain baik pusat maupun Provinsi DKI Jakarta sehingga mencapai jumlah Plasma Nanobubble yang memadai untuk memulihkan kualitas air dan ekosistem Kali Sentiong dalam waktu singkat. Di samping itu, diharapkan juga komponen bangsa yang lain dapat berkontribusi secara sinergis dengan menggunakan metode dan teknologi yang berbeda dengan tujuan yang sama.