News Photo

“11th East Asian Seas Partnership Council Meeting” Dari Laut Asia Timur, Hingga Makanan Khas Jawa Timur

  • Rabu, 24 Juli 2019
Surabaya, 24 Juli 2019. Indonesia kembali menjadi tuan rumah pertemuan internasional bagi negara-negara yang berbatasan langsung dengan Laut Asia Timur. Setelah sukses menyelenggarakan The Meeting of COBSEA Working Group on Marine Litter dan the 24th Intergovernmental Meeting of COBSEA di Bali pada 17-20 Juli 2019; komitmen Indonesia kembali dikukuhkan melalui penyelenggaraan 11th East Asian Seas Partnership Council Meeting di Surabaya pada 24-25 Juli 2019. Pertemuan ini bertujuan untuk membahas kegiatan yang dilakukan dalam konteks untuk memberikan kebijakan dan pedoman operasional demi kemajuan implementasi dari Sustainable Development Strategy for the Seas of East Asia (SDS-SEA).
 
Beberapa delegasi negara anggota PEMSEA (Partnerships in Environmental Management for the Seas of East Asia), yang hadir yaitu Korea Selatan, Singapura, Jepang, Thailand, Filipina, Laos, Vietnam, Tiongkok, Timor Leste, dan Kamboja. Delegasi dari Indonesia sendiri terdiri dari unsur Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Koordinator Bidang Maritim, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Pemerintah Daerah, dan Perguruan Tinggi. Selain itu, perwakilan instansi non-negara seperti UNDP (Unite Nations Development Programme), OPRI (Observational Pragmatic Research Institute), IOC (Intergovernmental Oceanographic Commission), dan beberapa instansi lain juga turut hadir dalam pertemuan ini.
 
Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, M.R. Karliansyah, yang membuka pertemuan tersebut, menyampaikan pencapaian Pemerintah Indonesia di beberapa daerahnya dalam menerapkan pengelolaan pesisir terpadu, atau Integrated Coastal Management (ICM), yang menjadi metode utama dari PEMSEA untuk dapat menghasilkan serta menjaga kesehatan pesisir dan laut. “Keberhasilan dan keberlanjutan implementasi SDS-SEA adalah peningkatan inisiatif di lapangan dari tingkat lokal, nasional, hingga ke tingkat regional dengan pendekatan ICM,” ujar Karliansyah. Ia menegaskan pula pentingnya kolaborasi sebagai kunci dalam menangani berbagai permasalahan pesisir dan laut. Oleh karena itu, beliau meminta para delegasi dan instansi terkait untuk memanfaatkan Regional Capacity Center for Clean Seas (RC3S) di Bali, yang dibangun sebagai wujud implementasi Bali Declaration. RC3S akan berupaya untuk berkolaborasi dengan PEMSEA dan pemangku kepentingan terkait untuk kerja sama teknis, narasumber, transfer teknologi, pengembangan kapasitas dan pertukaran best practices, demi melindungi ekosistem pesisir dan laut dari aktivitas berbasis darat dan sumber polusi.
 
11th East Asian Seas Partnership Council Meeting berlangsung melalui tiga sesi. Sesi pertama atau council session, merupakan forum pembahasan aspek organisasional PEMSEA, diantaranya mencakup penyampaian laporan tahunan oleh Council Chair dan Direktur Eksekutif, serta pelantikan Dewan Pimpinan untuk pertemuan-pertemuan berikutnya. Dalam kesempatan ini, Indonesia ditahbiskan sebagai Pimpinan Dewan PEMSEA selama dua tahun ke depan, setelah sebelumnya dipimpin oleh Filipina. Lalu pada technical session, pembahasan lebih berfokus pada substansi teknis yang mencakup perumusan strategi keberlanjutan PEMSEA paska 2020, kemajuan implementasi Sustainable Development Strategy for the Seas of East Asia (SDS-SEA), paparan program kerja sama antara PEMSEA dengan International Maritime Organization (IMO) dalam upaya mengurangi emisi gas rumah kaca dari transportasi laut, serta pentingnya ilmu pengetahuan dalam rangka perumusan kebijakan yang berkaitan dengan pengelolaan kawasan pesisir dan laut yang terpadu dan berkelanjutan. Sedangkan pada sesi terakhir yaitu Intergovermental Session, para delegasi akan membahas keberlanjutan PEMSEA sebagai organisasi dengan sumber finansial yang terdiversifikasi, diantaranya dengan mengembangkan mekanisme investasi pada setiap desain program atau proyek, penyelenggaraan kerja sama dengan negara anggota, serta pelibatan sektor swasta.
 
Selain menghadiri pertemuan tersebut, para peserta mendapat kehormatan sebagai tamu undangan Walikota Surabaya, Tri Rismaharini, untuk diskusi dan makan malam di kediaman beliau. Pada kesempatan tersebut, Tri Rismaharini menyampaikan pencapaian-pencapaian Pemerintah Kota Surabaya dalam menangani berbagai permasalahan lingkungan, salah satunya yang paling mendunia adalah Bus Suroboyo, angkutan umum yang dapat dibayar dengan botol plastik bekas. Ia juga menyampaikan bahwa setelah melalui berbagai macam usaha, kini daerah di Surabaya yang masih terkena banjir hanya tinggal 2% saja. Para undangan pun berdecak kagum, tidak hanya terhadap pencapaian Pemerintah Kota Surabaya, tapi juga terhadap hiburan yang disuguhkan berupa tari-tarian tradisional, dan rawon, tahu campur, sate daging kelapa, es puter, serta hidangan lain khas Jawa Timur!