News Photo

WEBINAR HARI LINGKUNGAN HIDUP SEDUNIA TAHUN 2020 “MILENIAL DALAM PEMULIHAN LINGKUNGAN DAN KEANEKARAGAMAN HAYATI"

  • Jumat, 5 Juni 2020
Jakarta, 5 Juni 2020. Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia lahir sebagai inisiatif yang dipilih oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang lingkungan sekaligus mendorong perhatian dan tindakan politik di tingkat dunia yang ditandai dengan lahirnya Deklarasi Stockholm pada tanggal 5 Juni 1972. Peringatan ini merupakan kesempatan bagi semua orang untuk menjadi bagian aksi global dalam menyuarakan proteksi terhadap planet bumi, pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan gaya hidup yang ramah lingkungan.
 
Ditahun 2020, United Nations Environment Programme (UNEP) telah menetapkan tema besar perayaan Hari Lingkungan Hidup Sedunia yaitu “Time for Nature”. Tema ini dipilih sebagai bentuk pengingat kepada seluruh umat manusia bahwa sampai saat ini alam yang telah memberikan kekayaan dan keanekaragamannya untuk menunjang keberlangsung hidup umat manusia. Momen ini sekaligus mengajak kepada seluruh masyarakat untuk lebih fokus dan bersyukur pada alam sebagai pemberian Tuhan, yaitu dengan cara konsisten melindungi dan merawat alam. Pesan utama perayaan Hari Lingkungan Hidup tahun ini, kita diajak untuk lebih memahami dan memperbarui komitmen kita untuk lebih cinta atau jatuh cinta kembali kepada alam, memberikan kelapangan waktu kita untuk berkontribusi melindungi lingkungan dan berkontribusi secara langsung dari hal yang kecil di sekeliling kita.
 
Tema tahun ini sangat erat dengan kondisi Indonesia sebagai megabiodiversitas. Indonesia menempati urutan kedua dari sepuluh negara dengan keanekaragaman hayati paling tinggi di dunia, namun disisi lain ancaman dan tingkat kepunahan keanekaragaman hayati Indonesia menempati posisi ke-6 di dunia. Berbagai faktor dan tantangan yang kita hadapi dalam menjaga kekayaan tersebut antara lain, faktor pencemaran dan kerusakan lingkungan, perubahan iklim, deforestasi, konversi lahan, dan aktivitas manusia menjadi sebagian dari faktor yang mengancam keanekaragaman hayati di Indonesia.
 
Menyambut peringatan HLH Tahun 2020, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan menyelenggarakan Web Seminar (Webinar) secara virtual menggunakan Zoom Cloud Meeting. Tema yang diangkat yaitu “Milenial Dalam Pemulihan Lingkungan dan Keanekaragaman Hayati" sesuai dengan tema besar HLH yaitu #biodiversity dan #timefornature. Webinar ini bertujuan untuk berbagi informasi, motivasi, inspirasi, dan ruang diskusi tentang keilmuan dan contoh langsung yang aplikatif (best practice) terkait kegiatan pemulihan lingkungan khususnya yang berkaitan dengan perlindungan keanekaragaman hayati yang telah dilakukan dari setiap narasumber.
 
Narasumber Webinar ini adalah Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, M.R Karliansyah; Ketua Dewan WANADRI, Rafi Respati; Manager HSSE Pertamina (Persero) RU V Balikpapan, Agung Darmawan; dan Aktor dan Pecinta Lingkungan, Nicholas Saputra. Selain itu, diskusi Webinar ini dipandu oleh moderator yaitu Karina Nadila Niab (Aktris dan Puteri Indonesia Pariwisata 2017). Para narasumber yang dipilih memiliki latar belakang tokoh inspirasi, penggerak lingkungan, pelaksanaan program lingkungan di perusahaan, dan pemerintah dapat membuka wawasan seluruh peserta, khususnya milenial tentang informasi dan aktivitas yang aplikatif dalam upaya pemulihan lingkungan, sehingga semangat dan nilai posistif dapat menyebar secara luas dan dan dapat ditangkap untuk kemudian diterapkan oleh peserta kegiatan.
 
Webinar dilaksanakan selama kurang lebih satu setengah jam dengan dihadiri 384 peserta mayoritas generasi milenial (15-35 tahun) yang berasal dari seluruh Indonesia. Peserta sebelumnya mendaftar untuk ikut dalam Zoom Cloud Meeting, namun tidak hanya itu peserta juga dapat menyaksikan secara live streaming melalui Youtube Ditjen PPKL.
 
Dalam Direktur Jenderal PPKL, M.R. Karliansyah menjelaskan bahwa dalam hal pemulihan kerusakan lingkungan, KLHK telah melakukan Pemulihan 9950 Ha lahan gambut yang telah dipulihkan bersama masyarakat, inventarisasi 8276 titik penambangan tanpa izin di indonesia dan ditinggalkan, serta pemulihan terhadap lahan bekas tambang di beberapa lokasi. Kepada generasi muda milenial, Karliansyah berpesan “Untuk yang paling sederhana mulai dari diri sendiri dan dari hal yang sedeerhana. Menghemat penggunaan air, menghemat penggunaan energi, dan sebagainya. Mulai dari yang paling sederhana. Mengajak orang-orang terdekat kita untuk melakukan hal yang sama”.
 
Agung Darmawan, Manager HSSE Pertamina (Persero) RU V Balikpapan, menjelaskan mengenai kontribusi Pertamina dalam mengajak milenial untuk melestarikan lingkungan. Salah satunya adalah membuat kawasan eko wisata dan arboretum mangrove di Karangsong Indramayu. Di lokasi ini dilakukan penanaman mangrove di ekosistem pesisir pantai karangsong, mencegah perubahan lahan hutan mangrove menjadi tambak, memulihkan kondisi biota laut, dan mengembangkan destinasi wisata dan edukasi dengan promosi melalui sosial media. Sebagai bagian dari strategi edukasi, Pertamina menggunakan peran generasi muda milenial dan generasi Z untuk mempromosikan kampanye cinta lingkungan dan melestarikan keanekaragaman hayati.
 
Ketua Dewan Wanadri, Rafi Respati menuturkan mengenai bakti para generasi muda untuk menjaga alam melalui aktifitas di alam terbuka seperti pendidikan karakter pecinta alam. Dalam kegiatan Wanadri dilakukan di kawasan konservasi yaitu di Kareumbi bekerjasama dengan BKSDA Jawa Barat. Beberapa kegiatan yang dilaksanaakn yaitu Wali Pohon, Wali Fauna, Citarum Harum, Green Belt Mayangan, dan Sekolah Konservasi.  Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk pelestarian keanekaragaman hayati adalah program Wali Pohon. Selain mengajak generasi muda untuk berpetualang di alam, mereka juga dibekali edukasi tentang konservasi untuk mengadopsi pohon dan menanamnya di kawasan Kareumbi. Selain itu, terdapat program Wali Fauna dengan adopsi pemeliharaan 37 ekor Rusa Jawa. Hingga saat ini program Wali Pohon dan Wali Fauna telah melibatkan sebantak 182 komunitas, 12.958 individu, dan masyarakat sekitar (46 desa, 3 kabupaten). Sekolah konservasi hingga saat ini telah diikuti oleh 158 peserta dengan tujuan untuk mencetak kader konservasi.
 
Aktor sekaligus pecinta lingkungan, Nicholas Saputra, berbagi pengalaman mengenai ketertarikan dalam pelestarian lingkungan. Ia melakukan kampanye dengan membangun awareness dengan mengajak para generasi muda untuk bertindak nyata menjaga kelestarian lingkungan. Menurutnya, kesadaran bukan hanya dari level pengetahuan tetapi juga pemahaman dan tindakan untuk bergerak menjaga lingkungan dimulai dari hal sederhana disekitar. Sebagai salah satu bukti kepeduliannya, Nicholas membuat film tentang komunitas menjaga lingkungan yaitu Semesta. Diharapkan dari kapasitasnya sebagai aktor dan tokoh publik, ia dapat memberikan pengaruh positif bagi masyarakat khususnya generasi muda.
 
Pada akhir Webinar, Karina Nadila sebagai moderator menutup dengan berpesan,Milenial tidak hanya berhenti di awareness dalam melestarikan lingkungan tetapi harus mulai masuk level concious untuk terus belajar dan memberikan aksi langsung untuk lingkungan hidup”.