News Photo

Kunjungan ke Desa Mandiri Peduli Gambut Tahap ke-2

  • Rabu, 23 Desember 2020
Palangka Raya, 23 Desember 2020. Setelah sebelumnya mengunjungi 8 desa yang menjadi program Desa Mandiri Peduli Gambut, tim Ditjen PPKL kembali mengunjungi 10 desa di tahap ke-2 program tersebut. Desa-desa tersebut adalah Desa Pulau Kaladan, Desa Mantangai Tengah, Desa Mantangai Hilir, Desa Mantangai Hulu, Desa Katunjung, Desa Katimpun, Desa Sei Ahas, dan Desa Kalumpang, yang berada di wilayah Kabupaten Kapuas. Lalu Desa Mahajandau dan Desa Sei Jaya yang berada di wilayah Kabupaten Barito Selatan. Tim Ditjen PPKL menyambangi setiap desa untuk melihat sejauh apa Rencana Kerja Masyarakat (RKM) telah dilaksanakan, serta meninjau dan berdiskusi langsung dengan warga mengenai kendala yang menghambat maupun potensi yang dapat di gali dari desa-desa tersebut.

Warga desa terlihat antusias dalam menyambut kedatangan tim Ditjen PPKL ke desa mereka. "Kami senang kedatangan bapak-bapak dari KLHK karena pekerjaan kita dapat dilihat secara langsung," ucap Dandy, fasilitator masyarakat Desa Sei Jaya. Mereka pun bersemangat mengantar tim ke lokasi-lokasi pelaksanaan RKM yang sedang berjalan. Di Desa Mantangai Tengah, masyarakat telah membersihkan seluas 5 ha lahan untuk penanaman cabai, ubi jalar, singkong dan pisang, juga lahan untuk revegetasi penanaman petai seluas 5 ha. Selain itu, keramba-keramba untuk budidaya ikan papuyu dan ikan patin telah dibangun, dan dapat menampung ikan sejumlah 13.000 ekor. Kandang peternakan juga telah berdiri kokoh untuk menampung 2.000 ekor ayam dan itik. Kurang lebih 230 warga Desa Mantangai Tengah dilibatkan dalam pelaksanaan program ini.

Di Desa Mantangai Hilir, beberapa warga desa telah menikmati air bersih hasil dari 7 sumur bor dari total rencana 21 sumur bor yang akan dibuat. Kandang untuk menampung 2.000 ekor ayam kampung juga telah siap diisi. Lalu untuk penanaman sengon, petai dan jengkol, masyarakat telah menyiapkan lahan seluas 12 ha. Sekitar 150 warga ikut terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan tersebut. Tidak jauh dari sana, tepatnya di Desa Mantangai Hulu, masyarakat masih mengerjakan penggalian kolam untuk 4.000 ekor ikan patin. Tim Ditjen PPKL juga bersua dengan ibu-ibu pengrajin yang sedang menganyam rotan. Warga juga telah memesan alat-alat bantu demi mempercepat dan memudahkan pekerjaan kerajinan rotan ini. Di Desa Pulau Kaladan juga terdapat kerajinan serupa, dan mereka telah menyiapkan mesin-mesin pembelah rotan. Lahan seluas 6 ha juga telah disiapkan untuk revegetasi perkebunan karet.

Tim Ditjen PPKL menemukan kendala di Desa Katunjung berupa kesalahan administrasi yang menghambat aliran dana. Namun hal tersebut tidak menghentikan warga Desa Katunjung untuk tetap menjalankan program. Mereka telah membersihkan dan menyiapkan lahan untuk budidaya ayam sejumlah 2.000 ekor. Kayu-kayu untuk membangun kandang dan keramba apung juga sudah tersedia sebagian. Tim Ditjen PPKL pun berkesempatan melihat pembuatan perahu-perahu untuk transportasi bibit shorea balangeran yang akan ditanam di lahan seluas 12 ha. Di Desa Sei Ahas, tim diajak melihat lahan eks-PLG seluas 40 ha yang telah dipasang ajir (penanda) untuk ditanami sengon. Kegiatan ini akan sangat bermanfaat untuk mengembalikan fungsi lahan kritis bekas kebakaran di eks-PLG tersebut. Material untuk kandang ayam dan itik sebanyak 1.000 ekor juga telah tersedia dan siap dibangun. Jaring-jaring untuk budidaya ikan betok pun sudah siap. Di Desa Katimpun, revegetasi karet seluas 36 ha dan shorea balangeran seluas 20 ha, telah ditanami bibit kurang lebih sebanyak 60%.

Beje atau kolam perangkap ikan sebanyak 7 unit ada di dalam RKM Desa Sei Jaya, yang saat ini masih dalam tahap penggalian. Berdasarkan penuturan warga desa, 1 unit kolam beje berpotensi menghasilkan ikan senilai 75 juta rupiah per tahun. Beje bersumber dari kearifan lokal yang secara turun-temurun digunakan masyarakat untuk menangkap ikan, dan merupakan salah satu mata pencaharian utama. Dahulu, beje ini hanya berukuran 4x5x3 meter dan digali secara manual. Kini, dengan bantuan dari KLHK, tradisi tersebut dikembangkan pada skala usaha. Selain itu, tanah hasil galian beje tersebut masih dapat bermanfaat dengan cara digunakan untuk gundukan-gundukan penanaman petai sebanyak 500 batang pohon. Keramba-keramba juga sudah siap untuk menampung 5.000 ekor ikan toman dan 3.000 ekor ikan nila. Sedangkan peternakan 1.000 ekor ayam sedang dalam tahap pembuatan kandang.
 
Revegetasi dengan rumbia di lahan seluas 30 ha akan dilakukan di Desa Kalumpang. Akar-akar rumbia sudah siap untuk ditanam, sedangkan lahannya masih dalam tahap pembersihan. Tim juga sempat berbincang dengan ibu-ibu yang sedang mengerjakan atap kandang peternakan dengan dedaunan. Kandang tersebut akan menampung ayam dan bebek sebanyak 12.000 ekor. Ada juga beje telah selesai dibuat sebanyak 2 unit dari total rencana 3 unit beje. Penyediaan air bersih dengan sumur bor juga telah disiapkan di 6 titik. Di Desa Mahajandau, revegetasi dengan shorea balangeran telah dilakukan sebanyak 75%. Bibit juga telah mulai ditanam untuk budidaya cabai, tomat, dan terong. Bahan-bahan untuk pembuatan kandang ayam pedaging sejumlah 2.000 ekor.
 
Beberapa kendala memang dialami oleh beberapa desa, salah satunya masalah pencairan dana. Namun hal tersebut tidak menyurutkan semangat warga dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan mereka. Warga tetap melakukan apa pun yang dapat dikerjakan meski dengan dana yang minim. Kendala lain merupakan faktor alam yang tidak dapat dihindari. Curah hujan yang tinggi kadang terpaksa membuat mereka menunda pekerjaan luar ruang, namun mereka dapat mengalihkannya untuk mengoptimalkan pekerjaan lain seperti kerajinan-kerajinan yang dapat dilakukan di dalam ruangan. Tim Ditjen PPKL juga terus mendorong aparat desa maupun TK-PPEG untuk dapat melibatkan lebih banyak lagi warga dalam pelaksanaan RKM desa masing-masing. Diharapkan, program ini dapat memberikan kegiatan yang berkelanjutan sehingga terwujud kemandirian masyarakat khususnya di wilayah bergambut, demi ekosistem gambut yang lestari.